AS dan Asia Tenggara Perkuat Kemitraan Pertanian, Indonesia Jadi Pasar Strategis Kedelai Amerika
Marketing.co.id – Berita Marketing | Hubungan perdagangan pertanian antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara kian erat dengan Indonesia menempati posisi kunci sebagai pasar terbesar bagi kedelai Amerika. Hal ini ditegaskan dalam Southeast Asia U.S. Agricultural Cooperators Conference yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu, menghadirkan lebih dari 400 pemimpin pertanian dari 20 negara.
Konferensi yang diinisiasi oleh U.S. Soybean Export Council (USSEC) dan U.S. Grains & BioProducts Council ini mengusung tema “Enabling Trade Today, Unlocking Tomorrow”, menyoroti pentingnya perdagangan global yang berkelanjutan, rantai pasok yang tangguh, serta ketahanan pangan jangka panjang.
Indonesia Jadi Importir Utama Kedelai Amerika
Data menunjukkan, Asia Tenggara merupakan salah satu pasar terbesar bagi kedelai dan bungkil kedelai Amerika. Pada Tahun Pemasaran 2023/2024, kawasan ini mengimpor sekitar 9,08 juta metrik ton (MMT) kedelai utuh dan 20,89 MMT bungkil kedelai.
Indonesia tercatat sebagai importir kedelai terbesar di Asia Tenggara untuk kebutuhan pangan. Permintaan yang stabil didorong oleh tingginya konsumsi produk berbasis kedelai, seperti tempe dan tahu, yang menjadi bagian dari budaya kuliner Nusantara. Selain itu, peningkatan konsumsi protein di dalam negeri membuka peluang besar bagi bungkil kedelai Amerika untuk sektor pakan ternak.
Baca Juga: Indonesia Siap Pemain Utama Pasar Karbon Dunia
“Asia Tenggara terus menjadi kawasan penting bagi pertumbuhan kedelai Amerika, didorong oleh meningkatnya permintaan, kelas menengah yang berkembang, dan konsumsi protein yang kian besar,” ujar Timothy Loh, Regional Director USSEC Southeast Asia & Oceania.
Dalam sesi leadership dialogue, Jim Sutter (CEO USSEC) dan Janna Fritz (Chair USSEC) menekankan bahwa keunggulan kedelai Amerika tidak hanya pada kualitas, tetapi juga pada jejak karbon yang rendah, praktik keberlanjutan, serta dedikasi petani lintas generasi.
Mereka menegaskan bahwa data, teknologi, dan inovasi yang dipimpin petani akan menjadi pilar utama dalam membentuk masa depan pertanian global. Keterlacakan produk, keamanan pangan, serta kualitas yang konsisten disebut sebagai prioritas utama bagi konsumen Asia Tenggara.
Konferensi ini menghadirkan diskusi panel, sesi bisnis, hingga pertemuan B2B yang membahas logistik, akses pasar, tren regulasi, serta keberlanjutan rantai nilai pertanian. Para pembicara menekankan pentingnya transparansi, kepercayaan, dan kolaborasi jangka panjang antara Amerika Serikat dan negara-negara Asia Tenggara.
Baca Juga: AI Jadi Kunci Revolusi Industri Pertanian Asia
“Melalui kemitraan jangka panjang dan komitmen bersama terhadap inovasi dan keberlanjutan, kami menghadirkan nilai bagi kawasan ini sekaligus membantu membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bersama,” pungkas Timothy Loh.
Dengan posisi strategis sebagai importir utama kedelai Amerika, Indonesia dipandang sebagai mitra penting dalam mendukung ketahanan pangan kawasan. Permintaan konsumen yang terus meningkat, budaya kuliner yang berbasis kedelai, serta pertumbuhan sektor pakan menjadi katalisator hubungan perdagangan ini.
Konferensi di Jakarta ini pun memperkuat pesan bahwa kerja sama erat antara produsen Amerika dan mitra Asia Tenggara akan menjadi fondasi bagi masa depan pertanian global yang berkelanjutan dan tangguh.