AI, Otomatisasi, dan Masa Depan Periklanan Digital: Membaca Laporan Global Insights 2025 DoubleVerify
Marketing.co.id – Berita Digital | Di tengah derasnya arus perubahan, dunia periklanan digital memasuki fase baru. Kian kompleksnya kanal media, tuntutan efisiensi, serta dorongan untuk menghadirkan ROI yang nyata, membuat pengiklan ditantang untuk menemukan cara kerja yang lebih cerdas. Salah satu jawabannya hadir melalui kecerdasan buatan (AI).
DoubleVerify (DV) merilis laporan 2025 Global Insights: AI, Automation and the Future of Digital Advertising. Dengan data yang diambil dari platform DV, analisis kampanye, hingga survei terhadap 1.970 pengambil keputusan pemasaran di seluruh dunia, laporan ini memberi gambaran jelas bahwa AI bukan lagi sekadar “tambahan”, melainkan inti dari strategi pengelolaan kampanye modern.
Beban Operasional yang Kian Berat
Seiring berkembangnya ekosistem programmatic advertising, peran pengiklan mulai bergeser. Alih-alih menjadi strategist yang fokus pada ide besar dan arah brand, banyak manajer kampanye justru terjebak dalam rutinitas teknis seperti mengatur bid modifiers, mengalokasikan ulang anggaran, atau mengoreksi target performa.
DV mencatat, manajer kampanye rata-rata kehilangan 10 jam setiap minggu atau setara 26% waktu kerja hanya untuk pekerjaan optimasi manual. Dampak finansialnya tak sedirik. Di Amerika Utara saja, kerugian mencapai lebih dari US$17.000 per karyawan per tahun akibat waktu produktif yang terbuang.
CEO DoubleVerify Mark Zagorski menyebut fenomena ini sebagai “krisis peran” dalam dunia pemasaran digital. “Realitanya, manajer kampanye sekarang lebih banyak mengurusi hal-hal teknis ketimbang menyusun strategi besar. AI hadir untuk mengubah dinamika tersebut,” katanya.
Namun, dunia pemasaran tak tinggal diam. Laporan DV menunjukkan lonjakan signifikan penggunaan AI di hampir semua lini pengelolaan kampanye. Hasilnya, aktivasi kampanye tumbuh 32%, bidding dan optimasi real-time naik 12%, peringkasan media brief meningkat 11%, dan optimasi kreatif dinamis bertambah 8%.
Lebih menarik lagi, 91% pengiklan global menyatakan sudah atau segera mengadopsi AI tools eksternal maupun automated bidding systems di luar platform DSP mereka. Angka ini menandakan perubahan paradigma: dari manual menuju otomatisasi cerdas.
Adopsi AI bukan sekadar soal “menghemat waktu”. Bagi Zagorski, otomatisasi hanyalah langkah awal. “Pergeseran ini bukan hanya tentang otomatisasi, tetapi tentang bagaimana kematangan perancangan strategi dapat memberikan hasil akhir yang terukur atas investasi yang telah dikeluarkan,” ujarnya.
DV pun meluncurkan DV Authentic AdVantage™, solusi berbasis AI yang menjawab tantangan beriklan di walled gardens. Teknologi ini dirancang untuk membantu brand meningkatkan performa media sekaligus menekan biaya operasional.
Laporan DV ini memberi setidaknya dua pelajaran penting. Pertama, efisiensi operasional kini menjadi kebutuhan strategis, bukan sekadar “nice to have”. Kedua, AI bukan lagi pilihan opsional, melainkan mandatory toolkit untuk bersaing di lanskap media yang makin terpecah dan cepat berubah.
Era baru periklanan digital adalah era ketika manusia dan mesin berkolaborasi. AI mengambil alih pekerjaan repetitif, sementara marketer mengembalikan fokus pada strategi, kreativitas, dan pengalaman pelanggan.