
Menavigasi Risiko dan Peluang Industri Perhotelan Asia Tenggara di Tengah Ketidakpastian
Marketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah dinamika ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik, industri perhotelan Asia Tenggara menghadapi tantangan serius sekaligus peluang baru di pertengahan 2025. Berdasarkan data terbaru SiteMinder, terjadi penurunan pemesanan hotel sebesar 2,35% di kawasan Asia Tenggara dan Taiwan untuk periode Juni hingga Agustus dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski tampak mengkhawatirkan, data ini juga mengungkap dinamika yang menunjukkan ketangguhan sektor perhotelan, khususnya di Indonesia. Negara ini mencatat penurunan pemesanan hanya 0,13%, sementara rata-rata tarif harian (ADR) properti di Indonesia turun 5,07% menjadi US$222,33.
Ketahanan Lokal di Tengah Tekanan Global
Penyebab utama penurunan tingkat pemesanan di kawasan ini berasal dari penurunan kunjungan wisatawan asal Amerika Serikat, yang menyusut 3,16% dibandingkan tahun lalu. Namun, Malaysia justru mencatat kenaikan ADR sebesar 8,28%, menjadi US$192,44 dan menjadi satu-satunya negara di kawasan yang mencatat pertumbuhan positif dalam indikator tersebut.
Fakta paling menonjol dari laporan SiteMinder adalah peran wisatawan domestik yang semakin dominan. Di Indonesia, lebih dari 50% pemesanan hotel pada empat bulan pertama 2025, berasal dari tamu domestik. Ini menunjukkan lonjakan dari angka 47% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai bagian dari respons atas tantangan yang dihadapi industri, SiteMinder menggelar rangkaian webinar global bertajuk ‘Risk, Resilience & Revenue – Navigating Hotel Demand in 2025’ sepanjang Juni 2025. Di Asia Tenggara dan Taiwan, sesi regional berlangsung pada 12 Juni 2025 dengan partisipasi berbagai pemimpin industri perhotelan dari Indonesia, Thailand, dan kawasan sekitarnya.
Bradley Haines, Market Vice President Asia Pacific SiteMinder menjelaskan bahwa webinar ini dirancang untuk mempertemukan pelaku industri lintas negara guna berbagi wawasan dan strategi yang terbukti efektif. “Kami ingin membantu hotel di kawasan ini menavigasi kompleksitas pasar dengan percaya diri dan proaktif—mengubah disrupsi menjadi peluang nyata untuk pertumbuhan,” jelasnya.
Booking Window dan Lama Menginap Meningkat
Meskipun terjadi penurunan pemesanan secara umum, Indonesia justru mencatat booking window terpanjang di kawasan, yakni 83,7 hari untuk pemesanan yang dilakukan pada bulan April. Selain itu, lama menginap rata-rata meningkat 2% menjadi 2,77 hari selama periode Juni–Agustus, menandakan tren positif dalam keterlibatan tamu.
Industri perhotelan Asia Tenggara kini berada dalam fase penting di mana kecepatan adaptasi menjadi penentu keberhasilan. Mereka yang mampu membaca data dengan jeli, mengoptimalkan strategi pendapatan, dan tetap fleksibel terhadap perubahan pasar akan muncul sebagai pemenang dalam lanskap perhotelan baru ini. Dengan dukungan platform seperti SiteMinder dan semangat kolaborasi lintas batas, industri ini tidak hanya bertahan, tetapi juga siap tumbuh lebih tangguh di tengah tantangan yang terus bergulir.