Dari Cipete ke Amsterdam, Perjalanan Kopi Tuku Menembus Batas Negeri

0
andanu prasetyo, owner kopi tuku
Andanu Prasetyo, Founder Kopi Tuku (Gambar/IG Kopi Tuku)
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
andanu prasetyo, owner kopi tuku
Andanu Prasetyo, Founder Kopi Tuku (Gambar/IG Kopi Tuku)

Marketing.co.id – Berita UMKM | Dari sebuah kedai mungil di sudut Cipete, Jakarta Selatan, hingga kini menapak di jalanan Amsterdam, kisah Kopi Tuku adalah bukti bahwa cita rasa lokal bisa menembus batas global. Setelah hampir satu dekade menjadi ikon kopi urban Indonesia, Tuku mengumumkan rencananya untuk membuka gerai di ibu kota Belanda.

Kabar tersebut disampaikan langsung Head of Brand Tuku Eleonora Ancilla dalam temu media di Jakarta. Bukan hanya tentang membuka cabang di luar negeri, tetapi membawa filosofi ngopi yang membumi dan penuh rasa kekeluargaan ke panggung global.

“Kami bukan hanya ingin menguji mimpi warga Cipete. Tapi, sekarang sebagai warga Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. Sekali lagi, tetap membawa nilai-nilai yang dari dulu dijaga,” ujarnya dikutip Antaranewscom, Senin (7/7).

Menurutnya, keikutsertaan Tuku dalam ajang Amsterdam Coffee Festival sejak dua tahun lalu mendapat respon positif dari para pecinta kopi di sana. Hal tersebut memotivasi Tuku untuk lebih mengenalkan cita rasa kopi Indonesia.

Didirikan pada 2015, Tuku lahir dari ide sederhana Andanu Prasetyo, yaitu menyediakan kopi berkualitas dengan harga yang bisa dijangkau siapa saja. Di tengah tren coffee shop premium yang menjamur, Tuku hadir sebagai antithesis dengan menjadi tempat di mana tukang ojek, mahasiswa, sampai eksekutif bisa duduk berdampingan menikmati es kopi susu. Sejak awal berdiri, Andanu memang ingin Tuku menjadi tempat ngopi yang bisa dirasakan semua kalangan. Bukan hanya soal kopi, tapi tentang rasa ‘rumah’.

Menu andalannya seperti Es Kopi Susu Tetangga bukan hanya racikan kopi, tapi simbol pendekatan ramah yang menjadi ciri khas Tuku. Pendekatan inilah yang perlahan namun pasti membuat Tuku dicintai lintas generasi dan kelas sosial.

Menjaga Rasa Lokal di Tanah Orang

Nantinya, gerai Tuku Amsterdam disebut akan tetap mengusung nilai dan rasa yang sama. Tidak mewah, tidak sok internasional, tetapi otentik. Menyajikan kopi Indonesia dari petani lokal, diseduh dengan cara khas Tuku, dan dilengkapi camilan khas Indonesia. Tim Tuku menyebut akan tetap menggunakan biji kopi Nusantara dan bahkan menjajaki kolaborasi dengan komunitas diaspora Indonesia di Belanda.

Amsterdam sendiri dipilih bukan tanpa alasan. Kota ini memiliki populasi diaspora Indonesia yang sangat besar, sejarah panjang keterhubungan dengan Indonesia, serta budaya kopi yang mapan. Sebuah kombinasi yang menjanjikan bagi Tuku untuk tumbuh sekaligus mengenalkan gaya ngopi Indonesia yang merakyat namun berkarakter.

Langkah ekspansi Tuku menjadi simbol penting bagi brand lokal. Di tengah dominasi raksasa multinasional dan tren globalisasi rasa, Tuku hadir sebagai pengingat bahwa keaslian, konsistensi, dan keberpihakan pada masyarakat bisa menjadi kekuatan untuk go international. Bukan hanya membuka toko di Amsterdam, mereka membuka ruang baru untuk mengenalkan Indonesia dari secangkir kopi dengan segala hangatnya, dari satu tetangga ke dunia.