
Marketing.co.id – Berita Digital | Transformasi digital yang masif di kawasan Asia Tenggara ternyata menyimpan risiko serius yang kerap terabaikan, yaitu celah keamanan cloud yang dapat berdampak langsung pada reputasi merek dan loyalitas pelanggan. Fakta ini terungkap dalam Cloud Security Risk Report 2025 yang dirilis Tenable®.
Laporan tersebut mengungkap bahwa 9% cloud storage menyimpan data sensitif, 54% workload AWS ECS mengandung secrets (seperti token akses, kredensial API), dan 3,5% instance AWS EC2 menyimpan kredensial dalam user data.
Bahkan lebih mencemaskan, hampir satu dari sepuluh lokasi penyimpanan cloud yang bisa diakses publik ternyata menyimpan informasi rahasia. Dalam dunia di mana data adalah aset dan kepercayaan pelanggan adalah mata uang, hal ini jelas bukan sekadar isu teknis tapi masalah strategis.
Ketika Data Breach Menjadi Masalah Branding
Di dunia pemasaran modern, data bukan hanya mendukung strategi, tetapi membentuk pengalaman pelanggan secara menyeluruh. Ketika data pelanggan bocor karena konfigurasi cloud yang ceroboh, perusahaan tidak hanya menghadapi denda, tapi juga kehilangan reputasi.
“Cloud menawarkan kecepatan dan skalabilitas, tapi tanpa kendali yang ketat, justru membuka banyak celah,” kata Ari Eitan, Direktur Riset Keamanan Cloud, Tenable. “Secrets adalah kunci sistem cloud. Jika tidak dijaga, risikonya sangat besar.”
Di tengah meningkatnya kesadaran publik terhadap privasi data, kebocoran satu file bisa menjadi viral dan menghancurkan kepercayaan pelanggan yang telah dibangun bertahun-tahun.
Regulasi Makin Ketat Konsumen Makin Kritis
Negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Indonesia, Malaysia, dan Filipina sudah mengadopsi regulasi perlindungan data yang ketat. UU PDP di Indonesia misalnya, mewajibkan perusahaan bertanggung jawab penuh atas keamanan data pribadi pelanggan.
Ketika pelanggaran data terjadi, tidak hanya regulator yang akan bertanya, tapi juga konsumen. Di sinilah pentingnya mengintegrasikan keamanan cloud dalam strategi brand dan komunikasi pemasaran.
Cloud Security adalah Bagian dari Customer Experience
Dalam ekosistem digital saat ini, CX bukan hanya tentang personalisasi dan layanan cepat, tapi juga mencakup perlindungan data pribadi secara menyeluruh. Brand yang gagal menjamin keamanan data akan dinilai tidak bertanggung jawab, tak peduli seberapa menarik kampanyenya. Artinya, pengelolaan risiko cloud bukan hanya tanggung jawab tim IT atau keamanan, melainkan harus menjadi perhatian bersama tim pemasaran, legal, dan manajemen puncak.
Tenable menyarankan beberapa langkah konkret untuk menjaga kepercayaan digital seperti melakukan audit menyeluruh terhadap semua aset cloud dan identifikasi data sensitif, mengamankan secrets dan kredensial yang tertanam dalam sistem cloud, membatasi akses data dengan prinsip minimum privilege, menggunakan monitoring otomatis untuk deteksi eksposur secara real-time, serta meningkatkan komunikasi lintas fungsi, khususnya antara tim teknologi dan brand protection.
Salah satu pelajaran dari laporan ini adalah yang tak terlihat bisa jadi paling berbahaya. Public cloud yang salah konfigurasi, secrets yang tersembunyi dalam sistem, hingga data yang seharusnya tidak bisa diakses ternyata terbuka bagi siapa pun yang tahu celahnya. Di era cloud, reputasi brand bukan hanya dibentuk oleh apa yang terlihat di luar, tapi juga oleh seberapa aman fondasi digitalnya.