Indonesia dinilai memiliki potensi menjadi pemimpin tokenisasi aset di Asia
Marketing.co.id – Berita Properti | Di tengah tekanan global yang kian kompleks, mulai dari geopolitik hingga krisis iklim, industri properti global justru menunjukkan sinyal revolusi yang datang dari arah tak terduga, yaitu teknologi blockchain dan Web3. Teknologi ini mulai diposisikan sebagai arsitektur baru dunia properti—lebih inklusif, transparan, dan terdesentralisasi.
Gambaran ini mengemuka dalam ajang World Trade Center Association (WTCA) Global Business Forum (GBF) ke-55 yang digelar di Marseille, Prancis beberapa waktu lalu. Dalam sesi Real Estate Summit, para pemimpin bisnis dan pakar properti sepakat bahwa era baru properti global akan ditentukan oleh kemampuan industri dalam mengadopsi teknologi digital secara cerdas.
“Blockchain dan Web3 adalah game changer,” tegas Lia Rochat, CEO Archismart Solar asal Prancis. “Dengan sistem yang lebih cepat, transparan, dan tanpa perantara seperti bank atau broker, proses jual beli akan jauh lebih efisien.”
Inti dari transformasi ini adalah tokenisasi aset. Melalui teknologi blockchain, aset fisik seperti properti dapat “dipecah” menjadi token digital yang bisa dimiliki dan diperdagangkan secara parsial.
Bagi investor ritel, ini adalah peluang emas untuk masuk ke sektor yang dulu eksklusif bagi kalangan institusi. Bagi pengembang dan pemilik proyek, ini adalah cara baru dalam membuka sumber pendanaan yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih terbuka.
Adopsi teknologi ini juga mulai tumbuh di Indonesia. Salah satu pelopornya adalah Bank Tabungan Negara (BTN) yang tengah mengembangkan skema tokenisasi properti berbasis blockchain melalui produk Dana Investasi Real Estat (DIRE). Proyek ini sejalan dengan agenda pembangunan nasional, yaitu membangun 3 juta rumah per tahun.
“Tokenisasi bukan sekadar teknologi, ini adalah strategi pembiayaan inklusif,” kata Scott Wang, Wakil Presiden WTCA Asia Pasifik. Ia bahkan menilai Indonesia berpeluang menjadi pemimpin tokenisasi aset di kawasan Asia jika regulasi dan ekosistem pendukungnya berkembang secara progresif.
Properti Jadi Lebih Likuid dan Terjangkau
Data dari laporan Project Wira kolaborasi BRI Ventures, Saison Capital, D3 Labs, dan Tiger Research menunjukkan potensi besar. Pasar tokenisasi aset di Indonesia diperkirakan mencapai US$88 miliar atau setara Rp1.390 triliun pada 2030. Angka ini bisa menjadikan Indonesia sebagai salah satu episentrum ekonomi digital berbasis properti.
Di sisi lain, regulasi mulai bergerak. Hingga kini, empat entitas telah memasuki sandbox OJK untuk uji coba tokenisasi aset dunia nyata (real-world asset/RWA). Langkah ini dinilai sebagai landasan awal menuju regulasi yang lebih luas dan adaptif terhadap aset kripto.
Kisah sukses tokenisasi juga terlihat di Dubai. Dubai World Trade Center (DWTC) telah menjalin kerja sama dengan Otoritas Regulasi Aset Virtual dan Departemen Pertanahan Dubai untuk mengintegrasikan tokenisasi dalam sistem real estat. Inisiatif ini menjadikan Dubai salah satu kota pertama yang menggabungkan aset fisik dan digital secara resmi.
Dalam sesi yang sama, Editor fDi Intelligence Jacopo Dettoni mengatakan bahwa Artificial Intelligence (AI) sebagai gelombang besar berikutnya. “Kesiapan menghadapi AI akan menentukan siapa yang bertahan dan siapa yang tertinggal di industri properti,” ujarnya.
Ia juga mencatat pergeseran tren investasi, mulai dari gedung perkantoran ke hunian, kawasan industri, pusat data, hingga fasilitas life science seperti laboratorium dan klinik. Hal ini mendorong perlunya pemikiran ulang dalam strategi pengembangan dan positioning brand properti.
Adopsi teknologi seperti blockchain dan Web3 tidak hanya menciptakan sistem baru, tapi juga mendesain ulang ekosistem properti mulai dari sisi investasi, regulasi, hingga customer experience. Properti bukan lagi sekadar produk fisik, melainkan bagian dari portofolio digital yang bisa dikustomisasi, diperdagangkan, dan dimiliki secara global.
Bagi pemasar properti, ini membuka peluang baru untuk menyasar segmen investor digital-native, membuat narasi dan storytelling baru soal properti sebagai aset yang likuid dan terukur, serta menjadikan brand sebagai pionir dalam teknologi real estate.