Marketing.co.id – Berita Financial Services | Apa itu berutang? Masyarakat modern mungkin punya sudut pandang berbeda dibandingkan dengan generasi terdahulu. Bagi masyarakat tradisional, membeli atau membayar sesuatu yang kita beli tapi tidak menggunakan uang kita sendiri itu berarti berutang. Baik itu berutang kepada saudara, teman, atau perusahaan jasa keuangan.
Orang berutang karena berbagai alasan, tapi yang paling sering kita dengar karena bokek dan tidak sedang memegang uang kas. Namanya saja utang, tentu kelak harus dilunasi dalam jangka waktu tertentu, sesuai kesepakatan antara pemberi utang dan penerima utang.
Bagaimana dengan masyarakat di era sekarang? Di era fintech seperti saat ini, masyarakat meminjam uang atau menunda pembayaran belum tentu karena benar-benar bokek, tapi bisa jadi karena tergiur promo, iklan, tanggung bulan, atau tidak sedang membawa uang tunai sehingga lebih memilih membayar pakai paylater. Bahkan, berutang menggunakan kartu kredit tertentu bisa menciptakan simbol status tertentu karena bergengsi.
Kekurangan uang yang disertai dengan berutang memang berpotensi membuat orang cemas. Apalagi utangnya terus membengkak, sementara kemampuannya untuk melunasi utang menurun karena penghasilannya segitu-segitu saja.
Hasil survei dari PT Honest Financial Technology (Honest Card), sebuah perusahaan pembiayaan berbasis fintech, menunjukkan bahwa 81% masyarakat Indonesia tengah mengalami kecemasan finansial.
Baca juga: AFPI Ingatkan Masyarakat Gunakan Pindar dengan Bijak, Hindari untuk hal Konsumtif
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tidak memiliki dana darurat yang cukup sebagai safety net ketika diri sendiri dan keluarga membutuhkan. Banyak yang mencari alternatif solusi, namun masih ragu dalam memanfaatkan layanan kredit.
Meskipun ada kehati-hatian, data dari Redseer Strategy Consultant memprediksi bahwa pengeluaran rumah tangga tetap cenderung meningkat di bulan Ramadan tahun 2025 ini—mulai dari kebutuhan harian, persiapan ibadah, hingga belanja untuk Lebaran. Dalam situasi ini, memiliki akses ke solusi keuangan yang tepat dapat membantu mengelola pengeluaran dengan lebih bijak.
“Kredit masih sering dianggap sebagai ‘utang’, yang malah meningkatkan kecemasan. Padahal, berbagai solusi kredit seperti Pinjaman Online, Paylater, dan Kartu Kredit sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai alat perencanaan keuangan jika sewaktu-waktu butuh dana mendesak,” ujar Dharu Estiningrum, Direktur Utama PT Honest Financial Technologies. “Namun sebelum memanfaatkannya, penting bagi pengguna untuk memahami karakteristik setiap produk agar dapat memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka dan digunakan secara bertanggung jawab.”

Lebih jauh dia memaparkan, berbagai layanan kredit memiliki peran berbeda. Pinjaman Online, misalnya, menawarkan akses cepat ke dana tunai dalam situasi mendesak. Ini bisa menjadi solusi yang baik jika digunakan untuk kebutuhan jangka pendek, asalkan pengguna memperhatikan suku bunga dan jangka waktu pembayaran.
Paylater memberikan kemudahan dalam berbelanja dengan opsi pembayaran fleksibel, terutama di platform digital. Namun, transparansi mengenai biaya tambahan dan denda tetap perlu diperhatikan agar pengguna tidak terjebak dalam pola pengeluaran berlebih.
Kartu kredit memberikan fleksibilitas pengeluaran tanpa bunga jika dibayar lunas sebelum jatuh tempo, sehingga cocok untuk kebutuhan mendadak tanpa beban tambahan. Selain itu, kartu kredit memiliki keunggulan fitur perlindungan terhadap penipuan (fraud protection) serta chargeback jika terjadi transaksi yang tidak sah, sehingga transaksi relatif lebih aman dibandingkan metode lainnya.
Hasil survei Honest mengungkapkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keraguan penggunaan kartu kredit, termasuk kekhawatiran tentang biaya dan bunga terselubung. Salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi adalah mengenai pembayaran minimum.
Meski membantu meringankan pembayaran jangka pendek, pengguna sering lupa bahwa sisa tagihan tetap akan dikenakan bunga. Jika tidak dikelola dengan bijak, tagihan tersebut dapat terus bertambah dan bisa berpengaruh pada skor kredit.
Menggunakan Kartu Kredit dengan Pintar dan Bijak
Sebagai kartu kredit pintar, Honest Card mengklaim menggabungkan keamanan dan fleksibilitas kartu kredit tradisional dengan kemudahan akses pinjaman online, memberikan solusi kredit yang lebih cerdas dan bebas cemas.
Baca juga: Bank DBS Indonesia Perkenalkan Kartu Kredit digibank Z Visa Platinum Berbasis Bahan Daur Ulang
“Rasa cemas terhadap kartu kredit itu muncul karena kita tidak sepenuhnya paham dengan penawaran produk yang mau kita pakai. Maka dari itu, Honest ingin menjadi rekan mengelola keuangan yang informatif dan apa adanya. Menciptakan kartu kredit yang pengajuannya mudah, transparan biayanya, dan dilengkapi dengan program reward yang mengapresiasi penggunaan kredit secara sehat dan bertanggung jawab,” ungkap Dharu.
Berbeda dengan kartu kredit biasa, Honest Card hanya memiliki satu biaya admin yang besarnya disesuaikan dengan sejarah kredit pengguna. Selain itu, melalui Program Pengembalian Biaya Admin, pengguna yang membayar lunas tagihan dengan tepat waktu akan mendapatkan pengembalian biaya admin sepenuhnya.
Keunggulan ini memberikan fleksibilitas ekstra, terutama saat pengeluaran meningkat selama Ramadan. Selama program ini berjalan, ada 1 dari 5 pengguna Honest yang telah dibebaskan dari biaya admin setiap bulannya. Dengan riwayat pembayaran yang baik, pengguna Honest juga bisa mendapatkan kenaikan limit otomatis setiap bulan, sehingga bisa lebih leluasa dalam mengelola keuangan tanpa perlu pengajuan tambahan.
“Kami percaya bahwa kartu kredit bisa menjadi alat pemberdayaan yang dapat meringankan kecemasan finansial. Honest Card hadir sebagai solusi modern yang fair bagi penggunanya, membuat pengalaman bertransaksi lebih nyaman, aman, dan bebas cemas,” tutup Dharu.