Marketing.co.id – Berita Digital | Sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Apple dikenal dengan inovasi yang melahirkan produk seperti iPhone, iPad, dan Mac, yang sering menjadi inspirasi bagi kompetitor. Namun, hingga kini, Apple memilih untuk tidak mengembangkan mesin pencari (search engine), berbeda dengan langkah Google yang mendominasi pasar tersebut.
Keputusan ini ditegaskan oleh Eddy Cue, Senior Vice President of Services Apple, dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan pada persidangan di Washington D.C. pekan lalu. Cue memaparkan beberapa alasan utama mengapa Apple enggan memasuki bisnis mesin pencari.
4 Alasan Apple Tidak Membuat Mesin Pencari
- Biaya Pengembangan yang Sangat Besar
Eddy Cue menjelaskan bahwa pengembangan mesin pencari membutuhkan investasi miliaran dolar AS dan waktu bertahun-tahun. Bila Apple terlibat dalam bisnis ini, perusahaan harus mengalihkan sumber daya, baik dana maupun tenaga kerja, dari fokus utama mereka, yang dapat memengaruhi prioritas bisnis Apple lainnya. - Risiko Ekonomi karena Perkembangan AI
Bisnis mesin pencari sangat bergantung pada kecerdasan buatan (AI) yang berkembang pesat. Apple menilai, kecepatan inovasi di bidang ini membawa risiko besar jika mereka memutuskan untuk memulai dari nol. “Kami menghindari risiko yang tidak sejalan dengan strategi bisnis jangka panjang kami,” ujar Cue, dilansir dari MacRumors. - Privasi Pengguna Bertentangan dengan Model Iklan
Untuk bersaing dengan Google, mesin pencari Apple harus mengadopsi model bisnis berbasis iklan bertarget. Namun, pendekatan ini bertentangan dengan komitmen Apple terhadap privasi pengguna. Apple dikenal sebagai perusahaan yang sangat menjaga data pengguna, sehingga model ini tidak sesuai dengan nilai-nilai inti perusahaan. - Keterbatasan Talenta di Bidang Mesin Pencari
Apple juga merasa tidak memiliki tenaga ahli dan infrastruktur yang diperlukan untuk mengembangkan mesin pencari kompetitif. Cue menegaskan bahwa membangun dan mengoperasikan bisnis mesin pencari yang sukses memerlukan sumber daya manusia yang sangat spesifik dan berpengalaman, yang saat ini tidak menjadi fokus utama Apple.
Kasus Dugaan Monopoli Google Search
Penjelasan ini disampaikan Apple sebagai bagian dari persidangan terkait dugaan monopoli pasar mesin pencari oleh Google, yang tengah diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS (DoJ). Pengadilan menyoroti kesepakatan antara Apple dan Google, di mana Google membayar Apple sekitar 20 miliar dolar AS (Rp 325 triliun) pada tahun 2022 untuk tetap menjadi mesin pencari bawaan di peramban Safari.
Kesepakatan ini, yang dimulai sejak 2002, dinilai ilegal oleh DoJ. Meskipun pengadilan dapat memutuskan untuk membatalkan kesepakatan ini, Apple tetap menegaskan bahwa mereka tidak akan membuat mesin pencari sendiri, seperti yang dijelaskan dalam persidangan.
Microsoft Pernah Merayu Apple dengan Bing
Microsoft, pesaing Google di bisnis mesin pencari, juga pernah mencoba membujuk Apple untuk mengganti Google Search dengan Bing. Menurut dokumen persidangan, Microsoft menawarkan bagi hasil hingga 90% dari pendapatan iklan Bing kepada Apple. Namun, Apple tetap menolak karena merasa Bing tidak dapat menyamai kualitas pencarian Google.
CEO Microsoft, Satya Nadella, bahkan mengungkapkan kesediaan mereka untuk menyembunyikan merek Bing demi menarik minat Apple. “Siapapun yang dipilih Apple akan menjadi penguasa pasar,” ujar Nadella saat memberikan kesaksian.
Google vs. Apple: Kerja Sama yang Menguntungkan
Meskipun Apple tidak memiliki mesin pencari sendiri, hubungan mereka dengan Google tetap saling menguntungkan. Google disebut menyetor hingga 36% dari pendapatan iklan Search di Safari kepada Apple, angka yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2014, Google hanya membayar 1 miliar dolar AS, sementara pada 2022 nilainya melonjak hingga 20 miliar dolar AS.
Apple memilih untuk tidak bersaing di bisnis mesin pencari dengan mempertimbangkan biaya besar, risiko ekonomi, dan komitmen privasi mereka. Meskipun mendapat tawaran menarik dari Microsoft dan kritikan dalam persidangan dugaan monopoli Google, Apple tetap bertahan pada strategi bisnisnya.
Langkah ini menunjukkan bahwa Apple lebih fokus pada inovasi inti yang sejalan dengan visi perusahaan daripada memaksakan diri masuk ke pasar yang tidak sesuai dengan prinsip mereka.