Krisis Volkswagen: Bagaimanakah Industri Mobil Eropa Bertahan?

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Otomotif | Industri otomotif Eropa, yang dipimpin oleh produsen mobil Jerman seperti Volkswagen, tengah mengalami masa-masa sulit. Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengundang perwakilan dari industri otomotif Jerman ke virtual “auto summit”. Konferensi tingkat tinggi tersebut diadakan di tengah seruan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan permintaan mobil listrik yang menurun.

Produsen mobil Eropa mengalami penurunan penjualan, dan model kendaraan listrik (EV) baru mereka tidak menarik minat konsumen. Bukan hanya produsen mobil terbesar di benua itu, Volkswagen, yang menghadapi kemungkinan penutupan pabrik. Produsen mobil Prancis, Renault, dan grup mobil Italia yang beranggotakan 14 merek, Stellantis, juga mengalami hal serupa.

Menurut data bisnis dan perusahaan riset Bloomberg Intelligence, satu dari tiga pabrik raksasa pembuat mobil di Eropa seperti  BMW, Mercedes, Stellantis, Renault, dan Volkswagen kurang dimanfaatkan. Di beberapa pabrik mereka, kurang dari setengah kendaraan yang secara teoritis dapat diproduksi benar-benar diproduksi.

Situasinya sangat buruk di pabrik Stellantis di Mirafiori, Italia, tempat mobil Fiat 500e bertenaga listrik sepenuhnya dibuat. Produksi di sana turun lebih dari 60% pada paruh pertama tahun 2024. Sementara itu, bahkan pabrik pembuat mobil premium Audi di Belgia, yang memproduksi model mewah Q8 e-tron, menghadapi risiko ditutup.

Persaingan ketat di Eropa

Tekanan terhadap produsen mobil Eropa terutama berasal dari Tiongkok. Meskipun ada tarif bea masuk Uni Eropa untuk kendaraan listrik buatan Tiongkok, mereka bertekad untuk membangun pijakan di pasar Eropa. Untuk menghindari bea masuk yang tinggi, produsen berencana untuk memproduksi mobil listrik di pabrik mereka sendiri di Eropa.

Sebagai salah satu ekonom Jerman yang paling terkenal, Sinn berpendapat bahwa kebijakan Green Deal Eropa. Larangan Uni Eropa terhadap mesin pembakaran internal mulai tahun 2035. Serta standar emisi armada yang semakin ketat telah secara radikal mengubah kondisi pasar dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini telah memaksa industri untuk melakukan transformasi yang bermotif politik yang membuat perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi. Selain itu, skandal emisi diesel Volkswagen telah menempatkan seluruh industri dalam posisi defensif.

Sinn juga mengatakan bahwa Tiongkok, dan sebagian juga Prancis, telah melihat peningkatan produksi kendaraan listrik. Sebagai peluang untuk mematahkan dominasi produsen mobil Jerman dalam teknologi mesin pembakaran. Sementara itu, semua produsen mobil di Eropa akan menganggap Tiongkok sebagai pesaing utama mereka. Karena saat ini merekalah yang paling diuntungkan dari transformasi tersebut.

Bagaimana industri mobil Eropa dapat membalikkan keadaan?

Untuk melestarikan industri di Eropa dan, yang terpenting, ribuan pekerjaan bergaji tinggi, Hans-Werner Sinn mengusulkan apa yang disebut klub iklim yang bertujuan untuk menyamakan kedudukan bagi semua produsen mobil yang beroperasi di pasar mobil global.

Pertama kali dilontarkan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz, idenya adalah untuk meyakinkan negara-negara maju dan berkembang terutama penghasil CO2 terbesar seperti Uni Eropa, Cina, India, Brasil, dan AS untuk memangkas dukungan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Segala hal lain akan menjadi “bentuk perencanaan terpusat yang paling gelap, yang tidak memiliki tempat dalam ekonomi pasar,” kata Sinn. Menyelaraskan ekonomi Eropa, termasuk produsen mobil, dengan tujuan iklim yang luas mungkin “bermaksud baik,” tetapi akan “menghancurkan kemakmuran kita,” ia memperingatkan.

Frank Schwope, pakar industri mobil di Universitas Sains Terapan untuk Usaha Kecil dan Menengah (FHM) di Hanover, Jerman, yakin bahwa VW akan mampu mengatasi kemerosotan penjualan saat ini.

Produsen mobil asal Italia Stellantis memang tengah mengerem akibat krisis penjualan. Di pabriknya di Mirafiori dekat Turin, produksi Fiat 500e akan dihentikan selama sebulan, demikian pengumuman produsen mobil tersebut.

Sebagai upaya untuk meningkatkan permintaan, pemerintah Jerman baru-baru ini memperkenalkan pemotongan pajak bagi kendaraan listrik yang digunakan sebagai kendaraan perusahaan. Habeck juga menyatakan akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan industri otomotif dan serikat pekerja pada Senin mendatang untuk membahas tantangan yang dihadapi sektor tersebut.

Industri otomotif Jerman saat ini menghadapi tekanan besar. Mercedes-Benz baru-baru ini menurunkan proyeksi tahun 2024 akibat penjualan yang lemah di China, sementara BMW juga merevisi turun perkiraan keuntungannya karena faktor serupa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here