Masa Depan Digital Rupiah: Menggali Manfaat dan Kesiapan Indonesia

0
ICAEW
Seminar Decoding CBDC: Unveiling the Future of Digital Money adalah acara untuk berbagi wawasan sekaligus ajang untuk membedah masa depan Digital Rupiah. Acara ini dihadiri oleh Elaine Hong, ICAEW Director for China and South-East Asia (kelima dari kanan); Conny Siahaan, ICAEW Head of Indonesia (kelima dari kiri); Ryan Rizaldy, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (keempat dari kanan); dan Dr. Ardan Adiperdana, Presiden Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (keenam dari kanan).
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Digital | Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2022, Digital Rupiah terus menarik perhatian sebagai inovasi penting dalam sistem pembayaran Indonesia. Meskipun demikian, banyak pihak masih belum memahami sepenuhnya kegunaan dan manfaat yang dihadirkan oleh Digital Rupiah yang akan diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Untuk memperdalam pemahaman tersebut, serangkaian kegiatan edukasi telah dilakukan, termasuk acara bertajuk “Decoding CBDCs: Unveiling the Future of Digital Money” yang digelar oleh Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) bersama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Bank Indonesia, didukung oleh SW Indonesia, di Jakarta.

ICAEW
Seminar Decoding CBDC: Unveiling the Future of Digital Money adalah acara untuk berbagi wawasan sekaligus ajang untuk membedah masa depan Digital Rupiah. Acara ini dihadiri oleh Elaine Hong, ICAEW Director for China and South-East Asia (kelima dari kanan); Conny Siahaan, ICAEW Head of Indonesia (kelima dari kiri); Ryan Rizaldy, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (keempat dari kanan); dan Dr. Ardan Adiperdana, Presiden Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (keenam dari kanan).

Acara ini berperan sebagai forum diskusi mengenai topik uang dan aset digital, menelusuri perbedaan antara Digital Rupiah dan mata uang kripto dari perspektif pemerintah hingga dampak aset digital terhadap pekerjaan di sektor finansial. Dengan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang seperti akuntan, praktisi keuangan, dan akademisi, acara ini juga memaparkan progres kesiapan pemerintah menuju peluncuran Digital Rupiah.

Elaine Hong FCA, Direktur ICAEW untuk China dan Asia Tenggara, menjelaskan, “Laporan terbaru dari World Economic Forum menunjukkan bahwa lebih dari 98 persen bank sentral sedang melakukan riset, eksperimen, menguji coba, atau meluncurkan Central Bank Digital Currency (CBDC) untuk meningkatkan kapabilitas dan akses ke uang sentral, termasuk Indonesia. Pelaku sektor keuangan sangat antusias menyambut terobosan ini. Kami yakin bahwa peran akuntan sangat krusial dalam perubahan besar ini. Kami bertekad menjadi pemimpin dalam pemanfaatan teknologi baru dan data di masa depan. Kehadiran CBDC tentu mewakili perubahan besar dalam lanskap keuangan, dan pemahaman mengenai implikasinya sangat penting bagi profesi kami.”

Digitalisasi dan industri keuangan semakin erat kaitannya ke depan. Dengan hadirnya Digital Rupiah, perubahan signifikan dapat terjadi di banyak aspek sektor keuangan. Oleh karena itu, peran institusi seperti ICAEW sangat penting sebagai medium edukasi dan pembaruan pengetahuan. Akuntan dituntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan metode baru. Digital Rupiah, sebagai bentuk teknologi baru, akan berdampak besar pada profesi di sektor keuangan, menjadikan akuntan sebagai garda terdepan perubahan.

Dr. Ardan Adiperdana, Presiden Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), menambahkan, “CBDC merepresentasikan pergeseran paradigma dalam evolusi uang dan keuangan. Berbeda dengan uang kripto, CBDC adalah bentuk digital dari uang fisik yang dikeluarkan oleh pemerintah, menawarkan keamanan dan stabilitas bagi konsumen. Saya mengajak para akuntan untuk menjadi lebih ahli dan fleksibel terhadap inovasi ini. Dampak CBDC pada kebijakan moneter dan stabilitas finansial tidak dapat dielakkan karena uang digital menawarkan efisiensi dan transparansi.”

Digital Rupiah nantinya tetap berfungsi sebagai alat tukar, penyimpanan, dan satuan hitung. Bedanya, Digital Rupiah akan membuat transaksi di era digital lebih fleksibel dan efisien dengan biaya pembuatan yang lebih rendah dibandingkan uang kertas. Dari sisi keamanan, di tengah perkembangan aset kripto yang tidak stabil dan dikendalikan entitas tak dikenal, Digital Rupiah dari Bank Indonesia akan memperkuat ekosistem keuangan digital dan menjaga stabilitas sistem keuangan dari ancaman eksternal seperti penyalahgunaan mata uang kripto.

Ryan Rizaldy, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, menyatakan, “CBDC tidak menciptakan uang baru dan tidak akan mengubah uang. Bank Indonesia saat ini masih dalam tahap penelitian menuju fase menengah. Belum ada waktu pasti kapan Digital Rupiah akan diluncurkan, namun kami sudah mempersiapkan diri agar bisa diluncurkan saat dibutuhkan. Berbeda dengan uang digital pihak swasta, bank sentral harus bekerja sama dengan industri, bank komersial, dan nonbank untuk mengeluarkan CBDC.”

Digital Rupiah didesain melalui inisiatif Proyek Garuda sebagai upaya mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital secara end-to-end dalam agenda transformasi digital nasional. Meskipun lembaga nonbank bisa menerbitkan uang elektronik sendiri, Digital Rupiah akan diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, menjadi pelengkap alat pembayaran. Ketika resmi diluncurkan, Digital Rupiah dapat menjadi kompetitor e-wallet yang sudah dikenal masyarakat, dengan basis blockchain yang lebih aman dan mudah dilacak.

“ICAEW sangat mengapresiasi usaha pemerintah dan lembaga keuangan di Indonesia yang sedang berproses melahirkan Digital Rupiah. Semoga inovasi ini membawa energi baru bagi perekonomian Indonesia kelak,” tutup Elaine.