Mengembalikan reputasi merek yang tercoreng bukanlah perkara mudah, tapi itu harus dilakukan agar imbasnya tak berkepanjangan.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, kita hanya harus siap jika terjadi hal yang membuat citra merek buruk. Entah itu dari komplain pelanggan yang hanya satu dari seribu, kampanye hitam kompetitor, atau bisa jadi kesalahan internal yang tidak disengaja hingga beritanya meluas.
Menanggapi hal tersebut, kita harus gerak cepat agar tidak tumbuh membesar, atau merek Anda akan dicap jelek dan sulit memperbaikinya.
Pertama: Menunjuk juru bicara
Menunjuk satu orang sebagai juru bicara lebih efektif ketimbang banyak orang yang berbicara mengenai perusahaan, apalagi jika masalah tersebut cukup krusial. Salah-salah, informasi yang diberikan akan berbeda dan membuat berita jadi simpang siur, sehingga nama merek malah makin buruk.
Selain juru bicara, menunjuk ahli teknis untuk mendukung juru bicara juga disarankan.
Kedua: Pernyataan misi
Memberikan pernyataan mengenai misi akan mendefinisikan alasan perusahaan untuk mempertahankan eksistensi. Hal ini pula yang bisa membimbing tindakan dalam sebuah perusahaan. Ini menyediakan kerangka kerja bagi semua strategi bisnis dan keputusan, termasuk respon saat krisis.
Ketiga: Positioning
Lihat positioning kita sebagai perusahaan, siapa target market dan apa yang ingin kita dapatkan, kemudian perusahaan juga harus berempati dengan krisis yang dirasakan masyarakat. Dengan bertanggung jawab dan meminta maaf segera, perusahaan Anda akan memenangkan simpati.
Keempat: Prosedur Media
Hubungan kuatyang dimiliki oleh PR dengan media akan membantu perusahaan dalam menjaga nama baiknya di tengah-tengah krisis.
Meski perusahaan Anda tidak sedekat itu, setidaknya staf PR harus tahu bagaimana menangani rentetan pertanyaan melalui telepon dan media sosial. Dalam hal bencana fisik, juru bicara harus terlatih menghadapi media.
Kelima: Pernyataan yang telah disiapkan
Pernyataan serta siaran pers yang akan dilontarkan haruslah mencakup jawaban atas siapa, apa, di mana, dan kapan krisis itu terjadi. Berikan perhatian langsung korban yang terkena bencana dengan rencana aksi untuk membentuk opini publik yang positif.
Keenam: Penggambaran pesan
Pikirkan apa yang sekiranya akan dipertanyakan oleh publik dan media, kemudian tarik garis lurus dalam membentuk pesan yang akan disampaikan kepada mereka. Dengan pesan tersebut, Anda bisa memperkuat kepercayaan publik terhadap perusahaan.
Ketujuh: Pilih khalayak utama
Cukup sulit menyebarkan pesan ke seluruh publik yang menjadi target market. Oleh karena itu, Anda bisa menyiapkan daftar khalayak utama, entah khalayak yang paling penting bagi perusahaan, atau khalayak yang bisa menjadi jembatan dalam menyampaikan pesan Anda ke khalayak yang lain.
Sigap dalam mengambil keputusan untuk memberikan klarifikasi ketika image perusahaan sedang diujung tanduk memang sangat dianjurkan, tapi jika Anda bersikap gegabah, bisa saja reputasi perusahaan malah makin buruk karena memberikan informasi yang tidak akurat dan tak terkoordinasi dengan baik.
Sumber: PR News Online
Bagaimana tanggapan teman2 sekalian jika ada case seperti ini :
Perusahaan A belakangan reputasinya menurun karena menurunnya kualitas pelayanan ke customer sehingga banyak komplain.
Dan kemudian justru datang lagi kebijakan baru untuk menaikkan harga untuk meningkatkan kualitas pelayanan karena dinilai rugi.
Apa ga salah yah ?
Bukannya berusaha membangun trust malah menaikkan harga yang ada customer “say goodbye”.
Mohon sharingnya