
Di tengah arus disrupsi teknologi dan perubahan dunia kerja yang kian cepat, kemampuan beradaptasi dan semangat belajar seumur hidup menjadi kunci untuk tetap relevan. Pelajari lima strategi pengembangan diri untuk menghadapi era digital dan membentuk pemimpin masa depan menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Marketing.co.id – Berita Marketing | Dunia kerja terus berubah dengan kecepatan luar biasa. Kecerdasan buatan, otomasi, dan digitalisasi bisnis telah menggeser cara perusahaan beroperasi sekaligus menuntut profesional untuk memiliki keterampilan baru yang lebih adaptif.
Berdasarkan laporan World Economic Forum, sekitar 39% keterampilan inti pekerja akan berubah sebelum 2030, menandakan pentingnya reskilling dan upskilling di seluruh level karier.
Baca Juga: Komunikasi, Skill Paling Dibutuhkan di Dunia Kerja dan Bisnis
Dalam acara Future Leaders Dialogue yang digelar Sampoerna University bertema “Developing Leaders for Indonesia Vision 2045”, para pakar kepemimpinan dan profesional lintas industri membahas bagaimana generasi muda dan pekerja profesional dapat terus relevan di tengah disrupsi teknologi.
Salah satunya disampaikan oleh Recruitment Director Monroe Consulting Group Tiffany Adriani yang menekankan bahwa kemampuan beradaptasi dan semangat belajar seumur hidup adalah fondasi utama kepemimpinan masa depan.
Berikut lima strategi pengembangan diri yang direkomendasikan untuk menghadapi era digital:
1. Prioritaskan Soft Skill
Meski teknologi berkembang pesat, kemampuan antarmanusia tetap menjadi pembeda utama. Empati, kolaborasi, komunikasi efektif, dan kemampuan mengambil keputusan merupakan keterampilan yang tidak bisa digantikan mesin.
“Shoft skill seperti mendengarkan, membangun kepercayaan, dan memimpin dengan empati akan semakin menentukan keberhasilan karier seseorang,” ujar Tiffany.
Pemimpin yang menguasai soft skill tidak hanya mampu mengelola tim dengan baik, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan produktif.
2. Berpikir Secara Sistemik dan Berkelanjutan
Pemimpin masa depan tidak cukup hanya memahami teknologi, tetapi juga harus mampu melihat dampak bisnis dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal sebagai systemic thinking.
Dengan cara berpikir ini, setiap keputusan bisnis dilihat dalam konteks keberlanjutan (sustainability) dan nilai jangka panjang. Profesional diharapkan memiliki kesadaran untuk menyeimbangkan antara profit, people, dan planet — tiga pilar utama ESG (Environmental, Social, and Governance).
3. Terapkan Growth Mindset
Era digital menuntut kecepatan belajar yang tinggi. Profesional yang memiliki growth mindset percaya bahwa kemampuan dapat terus diasah melalui pengalaman dan kegagalan.
“Semangat belajar berkelanjutan adalah bahan bakar utama dalam dunia yang serba berubah. Mereka yang mau belajar dan bereksperimen akan menjadi pemenang,” ujar Pananda Pasaribu, Head of MBA Program Sampoerna University.
Melalui kursus daring, proyek lintas departemen, hingga keterlibatan dalam komunitas profesional, setiap individu dapat memperluas wawasan dan keahliannya.
4. Bangun Ekosistem Mentorship
Belajar tidak harus selalu dari buku atau ruang kelas. Dalam dunia kerja modern, mentoring menjadi salah satu cara paling efektif untuk bertumbuh. Profesional berpengalaman dapat menjadi mentor bagi rekan junior, sementara generasi muda yang lebih melek digital bisa menjadi sumber pembelajaran baru bagi seniornya.
Pertukaran ilmu dua arah ini menciptakan ekosistem belajar yang dinamis dan memperkuat kolaborasi lintas generasi.
5. Investasikan Diri Lewat Pendidikan Lanjutan
Program Magister atau pendidikan profesional kini tidak hanya menjadi gelar formal, tetapi juga bukti komitmen seseorang untuk terus bertumbuh. Menurut Tiffany, semakin banyak perusahaan global yang melihat gelar pascasarjana sebagai indikator kesiapan kepemimpinan strategis.
Sampoerna University misalnya, melalui kolaborasi dengan Thunderbird School of Global Management Arizona State University, menawarkan program dual-degree unik. Melalui program ini mahasiswa dapat meraih dua gelar sekaligus, MBA dari Sampoerna University dan Master of Leadership and Management (MLM) dari Arizona State University.
Program ini menggabungkan standar pendidikan internasional dengan fokus pada kepemimpinan, digitalisasi bisnis, serta penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) untuk membentuk pemimpin yang berdaya saing global.
Selain itu, Sampoerna University memberikan penawaran khusus untuk pendaftar tahun ajaran 2026/2027, berupa potongan biaya hingga Rp50 juta dan bunga 0% untuk cicilan bulanan sehingga profesional dapat melanjutkan studi tanpa kehilangan fleksibilitas waktu.
Baca Juga: Soft Skill Utama Agar Gen Z dan Milenial Siap Bersaing di Era Digital
Penguasaan teknologi memang penting, tetapi di balik setiap algoritma dan data tetap dibutuhkan manusia yang mampu berpikir kritis, berempati, dan beradaptasi. Melalui lima strategi pengembangan diri ini — soft skill, systemic thinking, growth mindset, mentorship, dan pendidikan lanjutan — para profesional diharapkan mampu menavigasi perubahan besar di era digital, sekaligus berkontribusi bagi terwujudnya Visi Indonesia Emas 2045.


