Sekitar 94 pemuda dari negara anggota G20, dan juga wakil dari Afganistan, Madagaskar, Mongolia, Singapura, Spanyol, dan Vietnam, bertemu di Istanbul, Turki pada tanggal 15-21 Agustus 2015 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Youth 20, atau Y20 Summit.
KTT ini merupakan kelompok konsultasi resmi dari Group of 20 (G20), di mana Turki menjadi tuan rumah pertemuan G20 tahun ini.
Serangkaian pertemuan oleh pihak kelompok konsultasi lainnya, seperti Pebisnis (B20), Serikat Buruh (L20), Wadah Pemikir (T20), Lembaga Non-pemerintah (C20), dan Wanita (W20), beserta pertemuan para Sherpa dan Menteri telah dilaksanakan sepanjang tahun menjelang berlangsungnya pertemuan tahunan pemimpin G20 pada bulan November nanti.
Layaknya kelompok konsultasi G20 lainnya, delegasi Y20 Summit bertugas menuliskan formulasi kebijakan yang akan menjadi rekomendasi para pemimpin dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Setiap tahunnya, perwakilan pemuda ini direkrut melalui proses seleksi ketat. Adapun Indonesia tahun ini diwakili oleh Adiska Fardani, Biondi Sanda Sima, Rocky Intan, dan Kristia Davina Sianipar.
Y20 Summit tahun ini mengangkat isu-isu khusus pemuda, seperti ketenagakerjaan pemuda, pendidikan bagi pemuda, dan isu keamanan dan perdamaian yang berdampak pada pemuda, yang mana isu-isu ini belum diangkat secara khusus dalam G20.
Dalam press release Biondi Sima menuturkan bahwa Indonesia menajamkan tujuan kunci yang dibawa untuk Y20 Summit, melingkupi upaya pengurangan kesenjangan pendidikan antara wilayah terpencil dan perkotaan, mendorong kualitas dan kesejahteraan tenaga pengajar, serta memastikan akses pasar dan mentorship untuk wirausaha muda, kesemuanya berhasil masuk dalam dokumen final Y20 Summit.
“Sebagian besar proposal Indonesia ini berhasil dikomunikasikan untuk mewadahi kepentingan negara berkembang lainnya. Indonesia juga mendapatkan dukungan positif dari wakil Y20 yang percaya bahwa G20 harus lebih meningkatkan perhatian pada isu-isu yang menghambat pembangunan di negara berkembang. Dokumen akhir ini akhirnya akan dibawa pada pertemuan pemimpin negara di G20 dan diharapkan dapat diadopsi bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia. Komunike ini diterima dengan baik oleh perwakilan G20 yang berkomitmen untuk mengikutsertakan rekomendasi Y20 Summit dalam pertemuan G20,” tutur Biondi
Setidaknya terdapat tiga pesan utama yang delegasi Indonesia ingin teruskan, bukan hanya melalui Y20 Summit saja, namun juga melalui berbagai macam wadah kepemudaan lainnya.
Pertama, walaupun misi untuk membawa perubahan terdengar idealis, tidaklah realistis untuk berekspektasi bahwa perubahan dapat terjadi semata-mata hanya dengan membahas isu ini di forum umum.
Implementasi adalah kunci dari setiap pengambilan kebijakan. Proses perubahan organik dan pendampingan dalam adopsi kebijakan bersifat sama, jika tidak lebih, penting dengan proses diskusi kebijakan itu sendiri.
Kedua, pemuda kini memiliki akses yang semakin meningkat terhadap pengambilan kebijakan di tingkat global. Pemuda tidak dapat lagi dianggap hanya sebagai pelengkap. Berbagai kebijakan sosio-ekonomi akan memengaruhi pemuda, dan hal ini menjadikan masukan pemuda sebagai aspek yang tidak dapat diacuhkan.
Terakhir, dukungan pemerintah baik di tingkat nasional maupun lokal memungkinkan ide pemuda menjadi konstruktif dan relevan. Wadah bagi aspirasi pemuda harus dapat diinstitusionalisasikan agar pemuda mampu bersinergi menanggulangi permasalahan yang hadir di sekitarnya.
Editor: Putri Sekar