Dalam dunia yang berubah begitu cepat, CFA Society Indonesia tetap menjadi jangkar — memastikan bahwa inovasi tidak kehilangan arah, dan setiap kemajuan teknologi selalu disertai oleh standar etika yang tinggi.
Marketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah cepatnya perubahan lanskap industri keuangan global, CFA Society Indonesia menegaskan kembali perannya sebagai motor penggerak komunitas keuangan profesional di tanah air. Tahun ini menjadi momentum spesial karena CFA Society Indonesia merayakan 25 tahun eksistensinya, dengan sebuah seminar nasional bertema: “New Winning in Finance and Investment in the Age of Artificial Intelligence.”
Acara ini bukan sekadar refleksi sejarah, melainkan juga jendela menuju masa depan yang dibentuk oleh teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), dan oleh para profesional keuangan yang siap bertransformasi bersama perubahan zaman.
Salah satu momen paling menyentuh dalam acara yang digelar oleh Society Indonesia ini adalah ketika pembicara menyampaikan penghargaan kepada para peserta seminar yang sedang menempuh ujian CFA Society Indonesia. Sebagian besar dari mereka adalah profesional muda yang bekerja penuh waktu dan tetap meluangkan waktu untuk belajar dan mengejar sertifikasi yang diakui secara global ini.
Vice Chairman, Board of Commisioners Otoritas Jasa Keuangan Mirza Adityaswara dalam acara tersebut mengatakan bahwa perjalanan menjadi CFA itu tidak mudah. Dibutuhkan komitmen, kerja keras, dan kedisiplinan tingkat tinggi. Anda adalah elite dari elite di dunia keuangan Indonesia.
AI: Dari Tren Menjadi Keniscayaan
Seminar kemudian berfokus pada tema besar hari itu: “The New Frontier: Winning in Financing & Investment in the Age of Artificial Intelligence”. Dalam paparan data yang mengutip survei Gartner 2024, Mirza menyebutkan bahwa penggunaan AI dalam fungsi keuangan melonjak dari 30% pada 2023, menjadi 58% pada 2024. Lonjakan ini menandai pergeseran nyata dari eksplorasi ke penerapan nyata dan masif.
“AI kini bukan hanya pelengkap. AI telah menjadi tulang punggung inovasi,” kata Mirza. Di seluruh dunia, AI digunakan untuk mendeteksi transaksi mencurigakan secara real-time, mempercepat proses underwriting asuransi, menciptakan sistem penilaian kredit alternatif, hingga memberikan layanan nasabah secara personal melalui chatbot dan rekomendasi otomatis.
Salah satu aspek paling menarik dari acara ini adalah bagaimana AI dapat membuka jalan bagi inklusi keuangan. Dengan model penilaian kredit berbasis data non-tradisional, banyak masyarakat unbanked dan underbanked kini memiliki kesempatan untuk mendapatkan akses ke layanan finansial formal. Hal ini bukan hanya revolusioner dari sisi teknologi, tetapi juga dari sisi sosial. AI, bila diterapkan secara etis, dapat menjadi alat pemberdayaan.
Dalam dunia investasi, teknologi seperti predictive analytics dan machine learning telah membawa perubahan besar dalam pengambilan keputusan. Manajer investasi kini dapat memproyeksikan risiko, mengidentifikasi peluang, dan menyesuaikan portofolio secara lebih cepat dan akurat.
Di tengah semua perubahan ini, CFA Society Indonesia hadir sebagai penjaga kualitas dan integritas. Selama 25 tahun terakhir, organisasi ini telah membangun komunitas profesional yang beretika, kompeten, dan adaptif terhadap perubahan. Melalui seminar, pelatihan, dan kolaborasi lintas sektor, CFA Society Indonesia terus mendorong standar tertinggi dalam profesi keuangan. Komitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan profesional menjadi fondasi yang membedakan anggota CFA dari yang lain.
Seminar ini menjadi bukti bahwa masa depan keuangan adalah sinergi antara teknologi canggih dan manusia yang cerdas, beretika, dan terus belajar. Kecerdasan buatan akan terus berkembang. Namun nilai-nilai profesionalisme, tanggung jawab, dan integritas tetap menjadi pilar yang tidak bisa digantikan oleh algoritma mana pun.